***
Seperti
menantikan seseorang yang takkan kembali, sama saja seperti mengharapkan
sesuatu yang takkan bisa kau dapatkan. Seperti aku yang tetap berdiam di tempat
ini, berharap keajaiban datang menghampiriku dan mengubah hidupku jauh lebih
berwarna.
“wahh...
indah sekali” seru seorang anak perempuan yang sembari memandangi hamparan laut
yang sangat luas di depannya dengan takjub. Dengan riang, anak itu berlari
kecil di pinggiran pantai. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke bawah,
mengamati setiap butiran pasir yang hanyut karena terbawa oleh air laut.
“sudah
kubilangkan, tempat ini hebat bukan?” ujar seorang anak laki-laki di
sebelahnya. Sambil berkata begitu, ia mengambil segenggam pasir dan
memberikannya kepada anak perempuan disebelahnya itu
“pasir.”
Katanya dengan sangat lembut.
“pasir”.
Ulang anak perempuan itu lambat. Pandangannya tertuju pada kedua tangannya yang
sekarang sedang menggenggam pasir. Pasir itu mulai turun sedikit demi sedikit,
sampai akhirnya tak ada lagi pasir yang tersisa di tangannya.
Anak
laki – laki itu tersenyum sambil memandang lautan luas di hadapannya yang
seperti tak berujung. Mereka terdiam selama beberapa saat, membiarkan air laut
melewatinya, membiarkan angin berhembus menerpa wajah mereka dan menerbangkan
rambut mereka.
“zafran,
apa ini?” tanya anak perempuan itu sambil menunjuk seekor hewan bercapit dengan
tubuh berwarna merah. Anak laki – laki yang dipanggil zafran itu segera
berlutut dan menangkap binatang yang di maksud tersebut.
“ini
kepiting.” Kata zafran. Ia pun kemudian membiarkan kepiting tersebut berjalan
di atas telapak tangannya. Beberapa saat setelah menunjukkannya kepada anak
perempuan itu, zafran kembali mengulurkan tangannya ke atas pasir, lalu
membiarkan kepiting itu kembali ke asalnya.
“kenapa?
Kenapa kau biarkan dia pergi?” tanya anak perempuan itu.
“Dia
juga memiliki keluarga.” Jawabnya. “ia juga pasti ingin pulang menemui
keluarganya.”
Anak
perempuan itu mengangguk cepat, tanda bahwa ia sudah mengerti apa yang
dikatakan oleh zafran. “tempat ini sangat luar biasa. Begitu indah dan
menenangkan.” Ujar si anak perempuan. Membuat zafran tersenyum. Ia lega, melihat kegembiraan
anak perempuan di sebelahnya dapat kembali, setelah apa yang dia lalui selama
ini.
“Zafran,
kapan kita bisa pergi lagi ke tempat ini?” tanya anak perempuan itu sambil
memainkan butiran pasir dengan jemari kecilnya.
Zafran
terdiam. Senyumnya mendadak hilang, suasana yang menyenangkan tadi dia rasakan
hilang dalam sekejap dan berubah menjadi rasa takut. Ia menyadari, bahwa ini
adalah pertemuan terakhirnya dengan anak perempuan itu.
“musim
panas.” Gumam zafran cepat.
“eh?”
“musim
panas 10 tahun lagi, kita akan bertemu kembali, disini, di tempat ini.”
“sungguh?
10 tahun lagi aku berusia 22 tahun dan kamu berusia 25 tahun. Aku menanti paras
tampanmu berubah haha. Ketika nanti
kamu dewasa jangan lupakan aku yaa, walaupun aku tahu
kau akan tumbuh menjadi laki – laki dewasa yang tampan dan banyak perempuan
yang mengantri untuk menjadi kekasihmu.” Ujar
si anak perempuan itu.
“Zahrana...”
Panggil zafran
“apa
zafran?” saut anak perempuan yang bernama zahrana itu.
“aku
tidak akan melupakanmu, kau tidak perlu menanti aku 10 tahun lagi. Karena aku
akan selalu ada di setiap langkahmu dan simpan aku dihatimu. Dan satu lagi,
kamu adalah satu - satunya wanita yang akan selalu tersimpan dihatiku. Aku
ingin kamu bahagia tanpa merasakan sedih yang berkepanjangan. Hiduplah dengan
bahagia dan hiasi harimu dengan senyum yaa zahrana?.” Ujar zafran dengan cukup
panjang.
Sedikit
terkejut dengan perkataan zafran, “seperti akan pergi jauh?” tutur zahrana
dalam hati.
“kau
akan terus menemaniku? kau sudah janji yaa. Dan jangan pergi jauh dari aku, aku
takut menjalani semua ini sendirian.” Ujar zahrana dengan sangat lembut dan
menahan isak tangis.
Zafran
yang sedang menatap ombak laut, langsung beralih kepada anak perempuan itu.
Menatap mata nya yang sangat indah itu. Lalu, ia memeluk perempuan itu dengan
sangat erat seakan tak ingin ia lepas dan berkata dalam hati. “andai tuhan
memberikan aku kesempatan untuk menemanimu tanpa rasa takut.”
***
Ingatan
itu kembali berputar di dalam kepalaku. Memenuhi pikiranku setiap saat, setiap
waktu,kapanpun, dimanapun. Zafran nama itu. Nama seseorang yang telah
menyelamatkanku dari kehancuran hidupku. Nama seseorang yang telah memberikan
secercah cahaya padaku yang waktu itu sedang berada jauh di dalam kegelapan.
Aku menjadi pengingat yang baik untuk beberapa waktu ini. Seolah kejadian
bersama zafran baru kemarin terjadi. Senyum yang menghiasi wajah tampan nya
seakan baru aku lihat kemarin dan membuat aku ingin terus-menerus melihat
senyumnya.
Saat
aku sedang berada di ambang keputusasaan dan kehancuran, ia selalu ada
menolongku, memberiku alasan untuk tetap bertahan hidup. Zafran seseorang yang
tak akan kulupakan sampai kapanpun. Dan janji itu, janji di pantai saat itu,
akan selalu ku kenang, dan ku anggap sebagai hadiah terakhir yang ia berikan
kepadaku, sebelum kami benar-benar berpisah.
10
tahun berlalu aku masih dengan aku yang sama. Kini usiaku tepat 22 tahun dan
aku mempunyai karir yang cukup bagus, aku mendirikan sebuah toko clothing yang
aku isi dengan desain baju hasil karyaku sendiri, membuat banyak konsumen yang
datang dan mengantri untuk mendapatkan baju yang aku buat. Membuat aku bangga
dengan diriku sendiri, dan semua ini
aku peroleh tak luput dari dukungan zafran. Aku
tidak akan sampai di titik ini kalau bukan karena laki-laki itu.
Siang
ini, Tepat pada musim panas yang ke 10 tahun ini, aku akan menuju ke pantai
dengan berangkat dari toko clothingku. Tempat dimana kami melihat indahnya
laut, tempat dimana aku merasakan kehangatan untuk pertama kalinya. Segera aku
panggil siska karyawanku “siska, hari ini aku ingin ke pantai. Tolong jaga toko
ini yaa. Ah tolong tutup toko tepat matahari terbenam yaa? Hari ini aku
memberikan kalian waktu untuk menikmati musim panas dengan keluarga kalian.”
Ujarku kepada siska.
“baik
bu, tapi ibu akan sendirian ke pantai? Masih ingin mengenang tentangnya?” tanya
siska dengan hati-hati.
“aku
akan selalu kesana pada saat musim panas, aku ingin dia tahu bahwa dia memang
selalu ada di setiap langkah hidupku. tidak, aku tidak sendiri, akan ada yang
menyusulku nanti.” Ujarku sambil tersenyum.
***
Setelah
melewati perjalanan selama 2 jam. Akhirnya aku tiba di tempat yang sama pada
saat kami bertemu 10 tahun yang lalu, pantai dengan laut biru dan pasir putih,
tempat dimana aku pertama kali merasakan kehangatan, aku berjalan sedikit
lambat menulusuri luasnya pantai. Melepaskan lelah dan penatnya kehidupan.
Seketika matahari mulai menurun, itu pertanda malam akan tiba dan matahari akan
terganti dengan kehadiran bulan dan bintang. Setelah menulusuri pantai, aku
duduk dipinggiran pantai. Aku masih mengingat jelas kejadian itu. hangatnya air
laut, butiran-butiran pasir, serta hembusan angin disini masih sama dengan yang
aku rasakan 10 tahun yang lalu. Seandainya saja,
zafran, laki-laki itu yang sekarang pastinya sudah jauh lebih besar
dibandingkan waktu itu masih menginggat janjinya, ia pasti berada di sini, disampingku.
Aku
tertawa pelan. Kalau saja ia mengatakan tanggal pertemuannya, aku tak perlu
menunggu sepanjang musim panas, kan. Dasar zafran.
Aku
menghela nafas sedikit dan berkata “seandainya saja waktu dapat ku putar
kembali, seandainya saja aku dapat kembali ke masa itu, seandainya saja aku
dapat memaksanya untuk tetap membawa diriku bersamanya pasti aku akan ada
disana saat terakhirnya, dan seandainya kami tak berpisah, maka dia pasti
berada disini sekarang” aku tersenyum tipis.
Sayangnya,
mau berharap seperti apapun dan bagaimanapun. Zafran tak akan pernah bisa datang
kesini dan bertemu denganku. Sebab ia sudah tidak ada di dunia ini. yaa tepat
10 tahun yang lalu, selepas kejadian dari pantai itu seminggu setelahnya.
Kondisi zafran memburuk ia terpaksa dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan
intensif, kanker yang bersarang di tubuhnya semakin lama semakin memperburuk
keadaanya. Yaa zafran mempunyai penyakit kanker darah atau leukimia yang
membuat darah putih ditubuhnya malah semakin meningkat. Dan bodohnya, aku tak
tahu bahwa lelaki yang aku cintai dan menolongku, pada saat itu sedang kesakitan, ia
menjalani perawatan intensif selama 6 bulan sembari menunggu pendonor tulang
sumsum belakang, namun takdir berkata lain tepat 7 bulan dia di rumah sakit.
Tuhan menyuruh ia untuk pulang kerumahnya yang abadi. Dan aku baru diberitahu
oleh pihak keluarga sebulan setelah zafran meninggal.
Kalian
tahu? Hatiku sangat teramat hancur mendengar kabar itu, seperti kesambar petir.
Langit london pada hari itu terlihat sangat kelabu seakan mendukung suasana
hatiku. Mungkin raganya zafran memang pergi namun sosoknya akan tersimpan abadi dihatiku.
Aku
yang sedang asyik bernostalgia,
tiba-tiba seseorang menghampiriku dari belakang. “zahra? Haii maaf aku datang
telat yaa, sedikit susah membujuk raina sampai akhirnya aku berhasil.” Tutur
laki-laki itu.
“tak
apa, aku yang seharusnya meminta maaf karena kau harus kesusahan mengurus raina
dulu” ujar ku dengan lembut
Gadis
kecil yang bernama raina itu seketika berlari dan masuk kedalam pelukku. Aku
melekungkan senyumku dan berkata. “raina anak bunda, cantiknya bunda dan ayah
yaa wangi banget sih anak bunda.” Ujarku
yang sambil menciumi raina. Dan membuat raina semakin nyaman di dalam pelukku
Yaa
setelah 10 tahun berlalu, setelah aku kehilangan sosok zafran aku fikir tidak
ada lagi kebahagiaan untukku. Namun aku salah, pria yang kini tengah melihat
kearahku dan raina, pria yang berhasil menemaniku selama 10 tahun terakhir ini,
pria dengan wajah yang sama dengan zafran namun berbeda sifat ini adalah
kembaran zafran yang bernama zafrian.
Kami
menikah dua tahun yang lalu pada saat usiaku masih 20 tahun. Zafrian
menikahiku, karena ia harus melanjutkan studi S2 nya di New York, dan ia tak
ingin meninggalkan aku sendirian di london, dengan segala rasa yang ada dariku
untuknya aku meng-iyakan ajakannya untuk hidup bersama. Dan di usia 21 aku
melahirkan raina gadis cantik yang mempunyai bola mata yang sama dengan
ayahnya. Selepas melahirkan raina, zafrian mengajakku kembali ke london. Kota
dengan segala kenangan yang ada tentang hidupku.
Usiaku
yang sekarang ini berusia 22 tahun aku hanya ingin mengucap kata syukur
sebanyak-banyaknya. Aku sangat mencintai laki-laki di depanku ini, dengan rasa
sabarnya ia sanggup menghadapi diriku yang sering kali masih mengingat kisahku
dengan zafran. Aku akan selalu menyimpan sosok zafran di dalam lubuk hatiku
yang paling dalam. Dan aku mencintai zafrian untuk sekarang dan nanti sampai
kita terpisahkan oleh maut. Hidupku yang akhirnya berakhir dengan kebahagiaan.
Aku berterimakasih kepada zafran, karena sosoknya yang membuatku tetap ingin
hidup dan men-syukuri apapun yang terjadi dalam hidupku. kini aku mempunyai dua
orang dalam hidupku yang aku jaga dan aku rawat sampai nafasku berhenti.
Aku
menggenggam tangan pria di sebelahku dan berkata “aku sangat berterimakasih
kamu hadir di waktu yang tepat. Dan membuat hidupku jauh lebih berwarna.”
Ujarku dengan memeluknya.
“aku
mengambil keputusan yang tepat, walaupun aku harus bersabar dengan rasa yang
pada akhirnya kau tujukan untukku. Terimakasih telah hadir menjadi wanita dalam hidupku dan ibu untuk
raina.” Ujar zafrian
Kita
tersenyum dan kembali memandangi matahari yang mulai terbenam dengan sosok makhluk kecil di
tengah-tengah antara aku dan zafrian. Terimakasih tuhan, dan terimakasih zafran
sosok yang tak akan kulupa.
***
Kau
tahu? Seseorang yang telah pergi mungkin tidak akan kembali lagi. Namun percayalah, sosok itu akan
digantikan dengan seseorang yang jauh lebih baik lagi. Kau hanya cukup bersabar
dan percaya akan ada
pelangi setelah hujan. Begitupun dengan kebahagiaan yang hadir setelah
kesedihan.
Komentar
Posting Komentar